Lingkungan Hidup

sehari, seminggu, sebulan, setahun, semakin hari bumi kita semakin rapuh, mari kita sehatkan kembali bumi kita yang sudah rapuh ini kembali sehat

Gaya Hidup Sehat

Setiap orang menginginkan hidup yg lebih sehat dan lebih bugar, dapatkan info tips dan triknya di sini

Teknologi Terkini

Dapatkan berita tentang teknologi terkini yang telah tercipta di dunia IT

ARTDesain

Dunia desain dan photo grafi di indonesia semakin berkembang hingga saat ini, soo jangan lewatkan dessain terbaru dan cara membuatnya

Religi

Dunia tak hanya untuk mendapatkan makan dan uang, lebih dari itu kita memiliki ALLAH tempat untuk mengadu segala gundah dan gelisah serta tempat untuk memohon pertolongan. maka dari itu jangan pernah lupakan kampung akhirat

Dunia Usaha dan Bisnis

Melihat sisi lain dari dunia usaha dan bisnis

Catatan Koe

Aku hanya setitik dari bagian kehidupan ini, aku akan ikut memperindah dan memperbaiki dunia ini walau hanya setitik yang akan tercipta

Di Posting oleh Blue Sense - - 0 komentar

Jakarta – Perjanjian bersejarah senilai US$ 1 Miliar antara Indonesia dan Norwegia –yang dimaksudkan untuk menghentikan perusakan hutan dan mengurangi emisi karbon, dalam ancaman bahaya dari pihak-pihak industri perusak hutan. Definisi hutan dan lahan terdegradasi yang ambigu dari pemerintah Indonesia dapat dimanfaatkan oleh rencana ekspansi dari sektor kelapa sawit dan pulp and paper, untuk membajak dana perlindungan hutan ini dan malah digunakan untuk mensubsidi konversi hutan alam yang terjadi saat ini.

Hanya beberapa hari sebelum negosiasi iklim internasional di Meksiko dimulai, Greenpeace hari ini meluncurkan laporan (1) berjudul “PROTECTION MONEY” yang mengungkap betapa perjanjian yang seharusnya bisa menjadi contoh itu bisa saja digagalkan. Rencana ekspansi saat ini, yang didesakkan oleh industri an didukung oleh segelintir orang pemerintahan, berambisi untuk meningkatkan produksi pulp & paper hingga tiga kali lipat pada 2025 dan menggandakan produksi minyak kelapa sawit pada 2020, dengan target tambahan untuk pertanian dan produksi biofuel. Ekspansi ini, jika digabungkan dengan definisi lemah tentang lahan terdegradasi di Indonesia bisa menyebabkan dana REDD, yang didesain untuk mendukung perlindungan hutan dan lahan gambut di Indonesia, malah bisa digunakan untuk mendukung perusakan ini.

Kawasan yang diincar oleh ekspansi ini termasuk 40 persen dari hutan alam Indonesia yang masih tersisa –kawasan setara dengan besar Norwegia dan Denmark digabung sekaligus (2). Hingga 80 persen lahan gambut Indonesia juga dalam bahaya, serta hampir 50 persen habitat orangutan di Kalimantan (3). Angka dari pemerintah menunjukkan bahwa hutan dan lahan gambut yang terancam itu menyimpan karbon hingga 38 gigaton – setara dari total emisi gas rumah kaca dunia selama empat tahun (4).

“Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempunyai visi progresif untuk pembangunan rendah karbon, dan perjanjian Indonesia-Norwegia bisa menjadi contoh fantastis bagi dunia bagaimana negara maju dan negara berkembang bisa bekerja bersama-sama dalam melindungi hutan alam dan mengatasi perubahan iklim,” ujar Bustar Maitar, Jurukampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara.

“Hanya saja rencana ini secara sistematis terancam tidak efektif oleh pengaruh industri minyak kelapa sawit dan pulp and paper, yang berniat untuk melakukan model ekspansi seperti biasa yang akan menghancurkan banyak hutan hujan dan lahan gambut Indonesia yang masih tersisa.”

Unduh laporan klik di sini



Membandingkan data Indonesia dengan negara-negara lain penghasil emisi terbanyak, memperlihatkan bahwa Indonesia adalah negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ke tiga di dunia, mayoritas disebabkan oleh perusakan hutan dan lahan gambut (5).

Tetapi, dalam laporan ini Greenpeace menggaris bawahi bahwa target peningkatan produksi dari industri ini, sebenarnya bisa dicapai tanpa harus melakukan perusakan hutan (6).

“Dalam laporan ini jelas bahwa sektor minyak sawit dan kertas sebenarnya bisa mencapai target ekspansi mereka tanpa harus menghancurkan lagi hutan alam. Jika ini bisa dilakukan, ini akan menjadi kemenangan bagi industri dan perekonomian Indonesia, sekaligus kemenangan bagi masyarakat sekitar hutan dan spesies terancam, serta contoh bagus bagi dunia mengenai solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi perubahan iklim,” lanjut Bustar.

Greenpeace, bersama beberapa LSM di Indonesia, menyerukan moratorium (penghentian sementara) konversi hutan alam dan perlindungan penuh kepada lahan gambut.



Catatan Untuk Editor:

(1) http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/reports/Uang-Perlindungan/

(2) Analisa Greenpeace berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Kementerian Kehutanan 2010 (peta perencanaan provinsi / Penggunaan Hutan menurut peta konsensus (THGK) dan data Kementerian Kehutanan untuk Landcover Indonesia 2006.

(3) Analisa Greenpeace berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Kementerian Kehutanan 2010 (perencanaan provinsi / Penggunaan Hutan menurut peta konsensus (THGK), data Kementerian Kehutanan 2009 untuk Landcover Indonesia 2006 dan 2004 ‘Borneo Orangutan PHVA Habitats Units' Meijaard et al, data terbaru yang tersedia.

(4) Analisa Greenpeace berdasarkan angka-angka dari a) DNPI ‘Indonesia’s greenhouse gas abatement cost curve’ August 2010 b) Peta Penggunaan Lahan Kementerian Kehutanan 2010 (perencanaan provinsi / Penggunaan Hutan menurut peta konsensus (THGK) c) 2009 Ministry of Forestry Landcover Indonesia 2006 d) 2009 Ministry of Environment ‘Indonesia second national communication under the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) – Summary for policy makers’.

(5) Berdasarkan dari perbandingan data DNPI (dipublikasikan 2009 dan menjadi sumber dari laporan 2010 mereka) dengan data dari negara-negara penghasil emisi terbesar lain (China, USA, Brazil, India, Russia) memposisikan Indonesia sebagai negara terbesar ketiga penghasil emisi rumah kaca pada 2005, yang dijadikan tahun dasar bagi pemerintah untuk rencana-rencananya. Lihat catatan kaki nomor lima di laporan “Protection Money” untuk penjelasan menyeluruh.

(6)

a) perkebunan pulpwood mempunyai rotasi tujuh tahun. Asumsi serapan karbon Indonesia 8tC/ha/yr (DNPI ‘Indonesia’s greenhouse gas abatement cost curve’ August 2010) berimplikasi pada produktivitas 32m3/ha/yr = 224m3 pada masa panen. The maximum current national average harvest is 60m3 (Ministry of Forestry December 2009: Bina Produksi Kehutanan Data Release Ditjen BPK sd).

b) Minyak kelapa sawit: “Dimungkinkan bagi pemerintah untuk menargetkan 40 juta ton produksi minyak kelapa sawit tanpa harus membuka lahan perkebunan baru,” demikian pernyataan Deputi Kementerian Pertanian Indonesia yang dikutip oleh berita Media Indonesia 20 September 2010 “Meningkatkan Produksi Minyak Kelapa Sawit Tanpa Ekspansi” www.mediaindonesia.com/webtorial/asianagri/eng/?ar_id=NzgyNg==

Share on Facebook

Kasi Komeng dunk!